Obsession to Bring Back My Sweet Child with Firefly and Darknight

Saya punya cerita manis tentang Kunang-kunang. Cerita manis, indah, bermakna mendalam yang sering saya hayalkan kembali sekarang. Kunang-kunang ternyata mengisi memori masa kecil saya lebih banyak daripada yang lain. Sebagian hati dan pikiran saya menginginkannya muncul kembali di masa-masa ini. Bahkan bisa disebut, saya merindukannya!

Sebagian anak kecil mengingatnya dengan nama *kuku hantu*. Nama yang menakutkan sekali dan sangat mengecewakan saya. Apa kalian tidak tahu betapa manisnya mereka? Jahat sekali orang yang sudah menyematkan label horor itu pada Kunang-kunang. Siapakah yang sudah membuat cerita horor, hingga kunang-kunang dikait-kaitkan dengan mistik? Jahat sekali dia.

Yah! Tidak salah, akhir-akhir ini saya sering mengidamkan masa kecil itu datang lagi. Entah kenapa! Bahkan ketika saya search di google dengan hastag ini : “Pohon Pidada penuh kunang-kunang”, justru yang muncul paling atas adalah tulisan saya sendiri di Kompasiana! Saya tak menyangka saya telah menulisnya tahun 2010! hampir 3 tahun yang lalu. Dan kini saya menulisnya lagi, karena kerinduan yang sama muncul dan menjadi-jadi.

Tak tahukah kamu betapa manisnya mereka? Oh So sweet! Mereka bisa memenuhi satu pohon pidada! sekedar informasi. Pohon pidada adalah pohon di perairan air tawar, berbuah masam dengan biji yang banyak. Daunnya selebar 3 jari berbentuk oval. Batangnya keras dan bercabang-cabang. Pohon pidada dewasa bisa mencapai tinggi lebih dari 5 meter dengan daun yang rindang! Mereka biasa tumbuh di tepi sungai air tawar.

Kunang-kunang memenuhi pohon ini dengan cahayanya di malam hari! Mereka berkelip-kelip seperti lampu. Lalu cahaya mereka itu dipantulkan permukaan sungai yang hitam di bawahnya dengan sempurna. Bisakah kamu bayangkan? Syahdunya suasana saat itu!

Ya! Itulah sepenggal kisah masa lalu. Saya merekamnya saat kecil dan sekarang saya memutar rekaman itu berulang-ulang! Saya memodifikasi rekaman yang saya buat sendiri! Memodifikasinya menjadi lebih indah dengan andai-andai tambahan!

Bagaimana jika malam itu, ketika kunang-kunang berkelip-kelip, dimana cahayanya memantul sempurna di permukaan air yang gelap hitam. Bagaimana jika malam itu sedang bulan Purnama? ketika bulan orange membulat sempurna, dan cahaya bulan juga dipantulkan di permukaan air sungai? Kamu ada di sebuah perahu bersama orang yang kamu sayangi. Kalian bercengkrama dalam keheningan!

Atau ketika itu, malam benar-benar gelap. Hingga bintik-bintik bintang di langit benar-benar terlihat memancarkan cahaya maksimal? Kamu melihat sungai langit dan kelip-kelip kunang-kunang di tepi sungai. Kamu berperahu. Ah, terlalu indah untuk dihayalkan!

Dapatkah kamu membayangkannya secara keseluruhan? berada di sungai berperahu, malam, bintang, bulan dan kerlip kunang-kunang. Bisa juga ditemani sebuah pelita kecil.

Saya tak dapat membayangkan ekspresi seperti apa yang saya timbulkan! Mungkin hanya diam yang mewakili semuanya. Takjub!

Owh! So sweet!

Mengapa saya begitu merindukannya?

Adalah kenyataan bahwa melihat hal yang sama hampir tidak mungkin lagi. Adalah kenyataan bahwa populasi Kunang-kunang sudah berkurang sangat drastis. Kemarin, berkali-kali saya berperahu motor pada sore hari ketika langit mulai gelap. Tidak ada tanda-tanda kerlip seperti yang dulu selalu saya jumpai!

Saya semakin rindu! Kapan saya akan melihatnya lagi?

Lalu saya menyempatkan diri untuk sedikit menelusuri ; Apa yang menyebabkan si pencuri masa lalu saya (kunang-kunang) kini sulit dijumpai? Saya memulainya dengan menelusuri cara hidupnya!

Oh ternyata dia sekeluarga kumbang Lampyridae. Oh dia ternyata menghisap daun, dia juga makan cacing dan sesama serangga. Oh dia memakan pasangannya! Oh telurnya 100-500 butir! Oh fase hidupnya terbagi 4, telur, ulat (larva), kepompong, kunang-kunang. Oh ternyata masa larvanya 1 – 2 tahun!

Membaca kenyataan ini, terutama di bagian “masa larva” dan habitat larvanya di tanah yang relatif basah dan makanannya yang berupa cacing, sesama serangga dan menghisap daun, muncul asumsi saya tentang “Penyebab berkurangnya populasi kunang-kunang di kampung saya dan sekitarnya“.

Saya mengaitkan beberapa kenyataan yang ada ; Alihfungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan sawit, efeknya membuat tanah jadi keras dan tidak lembab, selain itu juga mempersempit tempat mencari makan mereka. Penggunaan herbisida di setiap perkebunan membuat daun-daun tercemar racun. Penggunaan pestisida secara langsung akan membunuh serangga makanan mereka, bahkan mereka sendiri! Pestisida dan herbisida yang terendapkan di tanah membuat cacing dan serangga di tanah mati. Bahkan membuat larva kunang-kunang secara langsung akan mati!

Oh! Betapa sistematisnya bencana yang menimpa mereka! Saya menarik garis lurus dari masa lalu itu, yang kini benang merahnya coba saya tarik dari alam bawah sadar. Kunang-kunang lah yang pertama kali memberi pemahaman pada saya ;

Bahwa kegelapan dan hitam tak selalu menakutkan! Bahkan Kegelapan mengandung keindahan yang lain!

Mereka bisa berkolaborasi sangat cantik dengan cahaya! bahkan mereka perpaduan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata! Kegelapan memberi kesempatan yang sempurna pada kita untuk benar-benar menghargai terang! Hitam memberi ketegasan akan eksistensi putih dan sebaliknya.

Kerinduan saya pada Kunang-kunang semakin jauh! Rindu yang semakin sulit dilepaskan! Tapi dari situlah saya mulai berobsesi untuk menghadirkan mereka kembali!

Pemandangan itu terlalu indah untuk disirnakan! Terlalu indah untuk dinikmati sendiri! Terlalu indah untuk tidak dibagi kepada orang lain!

Ya! Benar!

Menghadirkan kisah manis di masa lalu ke masa depan!

Menghadirkan memori masa kecil, ketika saya belum sekolah! Memori yang kini sering diputar oleh alam bawah sadar saya!

Kini saya semakin mengerti arti masa lalu dan betapa mahalnya mereka! Maka, jangan menyia-nyiakan masa sekarang. Karena masa sekarang akan segera menjadi masa lalu beberapa saat kemudian. Dan masa lalu yang indah, yang telah terlewatkan dan disia-siakan, sangat mahal untuk dihadirkan di masa depan! Bahkan jika pun itu masih bisa dihadirkan kembali!

Saya akan mencari mereka! Kita akan bertemu lagi nanti, di suatu tempat dan waktu yang telah direncanakan oleh Tuhan! [Nurul Amin]

4 pemikiran pada “Obsession to Bring Back My Sweet Child with Firefly and Darknight

  1. alhamdulillah baik min.

    wah sukses kamu skarang min, jd pecinta alam & penulis yg produktif hehe
    Oh iy baru tw klo kmren prnh bikin workshop diSMA 1 tungkal, dilain kesempatan bikin lg donk min workshop terbuka jd banyak masyarakat luas yg tau klo anak tungkal diluar daerah jg bisa sukses & memberi indpirasi.

    smg sukses terus min utk semua kegiatannmu kawan 🙂

  2. supaya mengingatkan orang klo pohon pidada itu lebih dikenalnya pohon mangrove min 🙂

    Amin, masih ingat aku kan?
    hehe “ajir” adik kelasmu waktu SD dulu 😀

      • alhamdulillah baik min.

        wah sukses kamu skarang min, jd pecinta alam & penulis yg produktif hehe
        Oh iy baru tw klo kmren prnh bikin workshop diSMA 1 tungkal, dilain kesempatan bikin lg donk min workshop terbuka jd banyak masyarakat luas yg tau klo anak tungkal diluar daerah jg bisa sukses & memberi indpirasi.

        smg sukses terus min utk semua kegiatannmu kawan 🙂

Tulis Komentar/tinggalkan jejakmu disini